Minggu, 07 September 2008

JAn Lupo SEjaRaH NDAK

Mari Kito Sabiduak Sadayuang dalam mambangun kampung halaman.....


http://www.kotapariaman.go.id/images/image/lambang.jpg

Tiku, Pariaman dahulu adalah pelabuhan samudera tertua yang handal di
pantai barat pulau Sumatra. Semenjak dikuasainya Malaka oleh Portugis
pada tahun 1511, kemudian bertambah ramainya alur pelayaran di Selat
Malaka oleh berbagai armada dagang bangsa asing yang saling bersaing,
peran Tiku, Pariaman dan Indrapura menjadi penting terutama bagi
Kerajaan Aceh.
\\ Awal abad 17 Kerajaan Aceh menanamkan pengaruhnya di pantai Barat
Sumatra dengan maksud memotong arus perdagangan rempah-rempah terutama
lada, yang biasanya dibawa oleh para pedagang ke wilayah timur pulau
ini. Waktu itu, penguasa Aceh yang kesohor dan berkuasa di kawasan ini
bernama Panglima Nando. Karena peran yang demikian, maka banyaklah kaum
pendatang yang mengadu nasib mencari nafkah dan bermukim di kota kecil
ini.

Keberadaan para pendatang di Pariaman "doeloe"
itu masih terlihat pada nama jalan atau kampung seperti Kampung Nieh( yang sekarang desa Kampung BAru )
Kampung Kaliang( Kelurahan Lohong Sekarang ), Kampung Jawa dan Kampung Cino.( yang dulu ada tugu kapal layar tapi enta kenapa diganmti dengan tugu tabuik ) Tidak ada nama kampung
Belanda, meskipun mereka lama berkuasa di kota ini seperti juga di
daerah lain di Nusantara ini. Yang ada di Pariaman ialah Kampung
Kuburan Belanda!( K U B E L )terletak di anatara kelurahan Lohong dan Kampung Perak )
Sampai sekarang, nama jalan itu masih
dikenal baik oleh penduduknya. Tentu saja pemberian nama tersebut
bukanlah berarti bahwa kota yang dikenal banyak urang bagaknya ini tidak memperbolehkan bangsa kulit putih berkampung di sana, kecuali untuk dikubur.
mpo Doeloe"

Pariaman Dalam Pemeritahan

Pariaman di zaman lampau merupakan daerah yang cukup dikenal oleh pedagang bangsa asing semenjak tahun 1500an. Catatan tertua tentang Pariaman ditemukan oleh Tomec Pires (1446-1524), seorang pelaut Portugis yang bekerja untuk kerajaan Portugis di Asia. Ia mencatat telah ada lalu lintas perdagangan antara India dengan Pariaman, Tiku dan Barus.

Dua tiga kapal Gujarat mengunjungi Pariaman setiap tahunnya membawa kain untuk penduduk asli dibarter dengan emas, gaharu, kapur barus, lilin dan madu. Pires juga menyebutkan bahwa Pariaman telah mengadakan perdagangan kuda yang dibawa dari Batak ke Tanah Sunda.

Kemudian, datang bangsa Perancis sekitar tahun 1527 dibawah komando seorang politikus dan pengusaha yakni Jean Ango. Ia mengirim 2 kapal dagang yang dipimpin oleh dua bersaudara yakni Jean dan Raoul Parmentier. Kedua kapal ini sempat memasuki lepas pantai Pariaman dan singgah di Tiku dan Indrapura. Tapi anak buahnya merana terserang penyakit, sehingga catatan dua bersaudara ini tidak banyak ditemukan.

Tanggal 21 November 1600 untuk pertama kali bangsa Belanda singgah di Tiku dan Pariaman, yaitu 2 kapal di bawah pimpinan Paulus van Cardeen yang berlayar dari utara (Aceh dan Pasaman) dan kemudian disusul oleh kapal Belanda lainnya. Cornelis de Houtman yang sampai di Sunda Kelapa tahun 1596 juga melewati perairan Pariaman.

Tahun 1686, orang Pariaman (Pryaman seperti yang tertulis dalam catatan W. Marsden) mulai berhubungan dengan Inggris.

Sebagai daerah yang terletak di pinggir pantai, Pariaman sudah menjadi tujuan perdagangan dan rebutan bangsa asing yang melakukan pelayaran kapal laut beberapa abad silam. Pelabuhan entreport Pariaman saat itu sangat maju. Namun seiring dengan perjalanan masa pelabuhan ini semakin sepi karena salah satu penyebabnya adalah dimulainya pembangunan jalan kereta api dari Padang ke Pariaman pada tahun 1908.

Dengan lika-liku perjuangan yang amat panjang menuju kota yang definitif, Kota Pariaman akhirnya resmi berdiri sebagai Kota Otonom pada tanggal 2 Juli 2002 berdasarkan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2002 tentang Pembentukan Kota Pariaman di Sumatera Barat. Sebelumnya Kota Pariaman berstatus Kota Administratif dan menjadi bagian dari Kabupaten Padang Pariaman berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 1986. Kotif Pariaman diresmikan tanggal 29 Oktober 1987 oleh Mendagri Soepardjo Roestam dengan Walikota pertama Drs. Adlis Legan. Perjuangan menuju kota administratif inipun cukup berat. Namun berkat kegigihan dan upaya Bupati Padang Pariaman saat itu, Anas Malik, Kotif Pariaman pun dapat direalisir.

Tidak ada komentar: